PERBEDAAN ILMU NAHWU DAN ILMU SHOROF
PERBEDAAN ILMU NAHWU DAN ILMU
SHOROF
Untuk dapat berjalan
dengan baik, manusia harus memiliki 2 kaki yang kuat dan kokoh. Seandainya salah
satu kakinya sakit tentulah jalannya akan pincang. Jika salah satu kakinya ada
masalah nya, tentulah berjalan dengan baik tidak bisa ia lakukan apalagi untuk
berlari.
Sebagai seorang muslim,
agar dapat memahami Al-quran, Hadits dan karya para ulama terdahulu yang
menggunakan Bahasa arab, tentulah mesti menguasai Bahasa arab itu tersendiri.
Bahasa Arab itu memiliki
13 Cabang ilmu[1],
akan tetapi yang paling penting dari kesemuanya adalah Ilmu Nahwu dan ilmu Shorof.
Sebagaimana dikemukakan oleh penulis kitab Jami’ud Durus Al-Arabiyyah, Syeikh
Musthafa Ghulayain dalam muqoddimah kitabnya.
Memahami sumber hukum
islam dengan baik, sama halnya berjalan dengan baik. Jika berjalan dengan baik
mesti menggunakan dua kaki yang kuat dan kokoh, maka memahami sumber hukum
islam mesti menggunakan ilmu nahwu dan ilmu shorof, dan juga tanpa ilmu nahwu
dan ilmu shorof memahami cabang ilmu Bahasa arab yang lain tentulah tidak bisa
dilakukan.
Buku yang ada ditangan
saudara ini akan membahas tentang shorof, tentulah pembaca sekalian wajib
mengetahui apa itu ilmu nahwu dan ilmu shorof sebelum masuk kedalam pembahasan
yang lebih jauh.
Ilmu Nahwu adalah ilmu
untuk mempelajari posisi kata dalam kalimat dan mempelajari perubahan harkat
akhir kata dalam kalimat.
Dalam Bahasa Indonesia,
untuk membuat kalimat yang baik dan sempurna ada pola, pola itu adalah SPOK. S
adalah subjek (pelaku), P adalah Prediket (yang dilakukan), O adalah Objek
(korban) dan K adalah keterangan, baik keterangan waktu maupun keterangan
tempat.
Contoh : Riska makan bakso
di warung pak Azhar
Subjek dalam kalimat
diatas adalah riska, prediket (yang dilakukan) adalah makan, objek (korban)
adalah bakso, dan Keterangan adalah diwarung pak Azhar.
Kalimat diatas sudah
sempurna karena telah memenuhi unsur SPOK.
Maka yang menjadi kajian
ilmu nahwu adalah posisi kata dalam kalimat, apakah kata tersebut berposisi
sebagai subjek, prediket, objek maupun sebagai keterangan.
Coba perhatikan kalimat
berikut :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Pernahkah
kita mempertanyakan mengapa kata bismi dibaca bismi, kenapa tidak dibaca bisma
atau bismu. Atau kata Allahi, kenapa tidak dibaca allahu atau allaha. Atau kata
arrahmani, kenapa tidak dibaca arrahmanu atau arrahmana. Atau kata arrahimi,
kenapa tidak dibaca arrahima atau arrahimu. Padahal kita mengucapkan kalimat بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
sejak pandai bicara, benarkan ? Bingung kan ?
Ya,
inilah yang dibahas oleh ilmu nahwu, yaitu perubahan harkat akhir satu kata
dalam kalimat.
Kedua
adalah ilmu shorof.
Apa
sih Ilmu shorof itu ?
Ilmu
shorof adalah ilmu untuk mempelajari perubahan kata, sesuai dengan kebutuhan
penutur.
[1] Cabang ilmu Bahasa arab adalah ilmu shoraf, ilmu nahwu, ilmu rasam,
ilmu ma’ani, ilmu bayan, ilmu badi’, ilmu ‘arudh, ilmu qawafi, ilmu qardhu
asy-syi’ri, insya’, khithabah, tarekh adab dan matan al-lughah.
Belum ada Komentar untuk "PERBEDAAN ILMU NAHWU DAN ILMU SHOROF"
Posting Komentar